RAJABASA – Pelaksana tugas Bupati Lampung Selatan, H. Nanang Ermanto mengimbau kepada semua pihak untuk tidak berspekulasi, terlebih menebar kabar bohong yang dapat membuat masyarakat resah terkait dentuman yang terdengar oleh masyarakat Bogor dan Jakarta pada Sabtu dini hari (11-4-2029) yang dikaitkan dengan erupsi GAK.
Nanang meminta masyarakat khususnya Lampung Selatan untuk tetap tenang, tidak panik, akan tetapi harus tetap waspada terkait erupsinya GAK. Sebab, kata Nanang, saat ini semua orang sedang terkonsentrasi bagaiamana menangani wabah corona covid-19 segera berakhir.
“Sabtu pagi saya bersama Kapolres dan OPD mendatangi Pos Pemantauan GAK di Desa Hargopancuran, Kec. Rajabasa. Alhamdulillah kondisinya aman. Masyarakat sepanjang pesisir tetap melaksanakan aktivitas seperti biasa. Dan petugas pemantau GAK juga tidak mendengar suara dentuman,” ujar Nanang.
“Mengenai suara dentuman yang terdengar masyarakat Bogor dan Jakarta, serahkan saja pada ahlinya untuk menganalisa. Mereka lebih faham menganalisanya secara ilmiah. Jangan dikaitkan dengan hal mistis. Saat ini konsentrasi kita bagaimana mencegah penyebaran corona covid-19.,” imbuh Nanang.
Hal senada disampaikan oleh Sekretaris Desa Pulau Sabesi, Rojali serta masyarakat pulau Sabesi.
Rojali mengaku sama sekali tidak mendengar suara dentuman keras akibat erupsi GAK sebagaimana berita yang heboh dimedia sosial.
“Kami disini sama sekali tidak mendengar dentuman Gunung Anak Krakatau (GAK). Yang kami lihat, GAK hanya mengeluarkan pijaran api dan bau belerang yang sangat menyengat serta hujan debu saja,” ujar Rojali.
“Mudah-mudahan bau belerang menjadi obat virus Corona karena belerang adalah antivirus secara alami, jangankan virus, panu saja bisa abis dengan belerang,” ujar Rojali yang diamini Ketua BPD Pulau Sabesi, Robi, S.Pd.I.
Sementara itu, Camat Rajabasa, Sabtudin yang melakukan peninjauan di Pulau Sabesi, Minggu (12-4-2020) membenarkan GAK erupsi kembali pada Jum’at malam (10-4-2020). Dia menjelaskan, Erupsi GAK hanya menimbulkan bau belerang yang sangat menyengat dan mengeluarkan debu hitam.
“Erupsi GAK hanya menimbulkan bau belerang yang sangat menyengat dan mengeluarkan debu hitam, dan itu sangat dirasakan oleh masyarakat pesisir Rajabasa, terutama Desa Tejang Pulau Sebesi yang hanya berjarak 2 kilometer,” jelas Sabtudin saat kunjungan ke Pulau Sabesi, Minggu (12-4-2020).
“Kita sudah pernah mengalami musibah Tsunami pada Desember 2018 yang lalu dan kami telah belajar dari pengalaman. Seperti yang kita lihat, masyarakat disini tetap beraktivitas seperti biasanya,”jelasnya lagi.
“Kami tetap menghimbau agar masyarakat Tejang Pulau Sebesi yang paling dekat dengan Gunung Anak Krakatau untuk tetap tenang dan waspada dengan terjadinya Erupsi GAK dan wabah COVID-19. Juga jangan menebarkan berita bohong yang dapat meresahkan masyarakat,”tandas Sabtudin. (Kmf).
Leave a Comment